Senin, 18 Desember 2017

HADIS MARFU'



BAB l
PENDAHULUAN

 A.  Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi muhammad saw baik dari perkatan, perbuatan, dan ketetapannya. Hadits diklasifikasikan menurut berapa segi, seperti  sanad, matan, dan diterima atau ditolaknya suatu hadits.
Ditinjau dari segi kepada siapa berita itu disandarkan, apakah disandarkan kepada nabi saw, sahabat, ataukah disandarkan kepada yang lainnya, maka hadits itu dapat di bagi menjadi : 
    1.      Hadits marfu’.
    2.      Hadits mauquf.
    3.      Hadis maqthu’.

            Dan makalah ini akan berusaha mengulas tentang hadits marfu’ mulai dari pengertian dan macam – macamnya.

 B. Rumusan Masalah
    1.      Apa definisi dari hadits Marfu’?
    2.      Ada berapakah macam – macam hadits Marfu’?
3.    Apa saja Hadits yang Dianggap Marfu
4.    Kehujjahan hadits marfu


 C. Tujuan
   1.    Mengetahui definisi hadits Marfu’.
   2.    Mengetahui macam – macam hadits Marfu’.
   3.    Mengetahui Hadits yang Dianggap Marfu
       4.   Mengetahui Kehujjahan hadits marfu




BAB II
PEMBAHASAN


   A.          Pengertian Hadits Marfû'
Al-marfu’ menurut bahasa : isim maf’ul dari kata rofa’a (mengangkat), dan ia sendiri berarti “yang diangkat”. Dinamakan demikian kerena didasarkan kepada yang memiliki kedudukan tinggi, yaitu Rosulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Hadis marfu’ menurut istilah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, (baik yang menyandarkan itu shahabat, atau tabi’in atau orang-orang sesudahnya) yang berupa ucapan, perbuatan, taqrir atau sifatnya, baik secara sharih (jelas) atau secara hukumnya saja.

   B.            Macam-macam Hadits Marfû'

                  Para ahli hadits membagi hadis marfu’ menjadi dua :

1.   Marfû sharih (marfu’ haqiqy)
 hadits yang disandarkan kepada Nabi saw secara tegas, Adapun hadits Marfû’ Sharih (marfu’ haqiqy) dibagi menjadi tiga bagian :

a.   Marfu’ Qauly ( perkataan )
Contoh Marfu Qauly :

عن ابن عمر رضى الله عنه قال: إنّ رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال: صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذّ بسبع و عشرين درجة( رواه البخاري و مسلم)
" Warta dari Ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: Shalat jama'ah itu lebih afdhal dua puluh tujuh lantai dari pada shalat sendirian . " (HR Bukhari dan Muslim)

b.    Marfû '  Fi'ly ( perbuatan )
Contoh Marfû ' Fi'ly :
عن عائشة رضى الله عنها انّ رسولالله صلّى الله عليه وسلّم كان يدعوا فى الصلاة, ويقول: (اللّهمّ إنّى أعوذبك من المأثم و المغرم) (رواه البخارى)
“Warta dari ‘Aisyah r.a. bahwa rasulullah saw mendo’a di waktu sembahyang, ujarnya: Ya Tuhan, aku berlindung kepada Mu dari dosa dan hutang.” (HR Bukhari)

c.       Marfû ' Taqriry ( ketetapan )
    Contoh Marf u ' Taqriry :
كنّا نصلّ ركعتين بعد غروب الشمس و كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يرانا ولم يأمرنا ولم ينهنا
“Konon kami bersembahyang dua rakaat setelah matahari tenggelam, Rasulullah saw mengetahui perbuatan kami, namun beliau tidak memerintahkan dan tidak pula mencegah.”

2.   Marfû’ ghairu sharih (marfu' Hukmy)
    Segala yang dipandang hadis marfu’ padahal itu tidak disandarkan secara tegas kepada Nabi, Adapun Marfû’ ghairu sharih dibagi tiga bagian :

a.   Marfû' Qauly Hukmy
  Contoh Marfû’ Qauly Hukmy:
bahwa ini jelas transmisi terhadap pidato Nabi, tetapi oleh mediator lain:

أمرنا بكذا ……. نهينا عن كذا
“Aku diperintah begini…., aku dicegah begitu……”
أمر بلال ان ينتفع الأذن و يوتر الإقامة ( متفق عليه )
“Bilal r.a. diperintah menggenapkan adzan dan mengganjilkan iqamah.” (HR Muttafaqun ‘Alaih).

b.      Marfû' Fi'li Hukmy
Contoh Marfû'Fi'li Hukmi:
perilaku itu dilakukan di depan Nabi atau Ketika masih Hidup.
قال جابر: كنّا نأكل لحوم الخيل على عهدى رسول الله (رواه النسائى)
“Jabir r.a. berkata : Konon kami makan daging Kuda diwaktu Rasulullah saw masih hidup” (HR Nasai)
c.    Marfû' Taqriry Hukmy
Contoh Marfû'Taqriry Hukmy:
hadits ini diikuti dengan kata-kata Abu Qasim sunnatu, Sunnatu Nabiyyina atau Minas Sunnati.
Percakapan Amru Ibnu 'Ash ra dengan Ummul Walad:
لا تلبسوا علين سنّة نبيّنا (رواه ابو داود)
"Jangan kau campur-adukkan pada kami sunnah nabi kami." (HR. Abu Dawud )

C.     Hadits yang Dianggap Marfu
Selain yang tersebut di atas, terdapat beberapa ketentuan untuk menggolongkan hadits kepada hadits marfu. Antara lain:
1. Apabila dalam memberitakan itu, diikuti dengan kata-kata seperti: Yarfa’ahu, Marfu’an, Riwayatan, Yarwihi, Yannihi, Ya’tsuruhu/yablughu bihi.
Contohnya, yaitu hadits al-A’raj:
عن ابى هريرة رضى الله عنه يبلغ به: (الناس تبع لقريش) (متفق عليه)
“Warta dari Abu Hurairah r.a, yang ia rafa’kan kepada Nabi saw: manusia itu menjadi pengikut orang Quraisy.” (HR. Mutafaq ‘alaih)
2.  Tafsir sahabat yang berhubungan dengan asbabun nuzul.
3. Sesuatu yang bersumber dari sahabat yang bukan semata-mata hasil pendapat ijtihad beliau sendiri.
Contohnya:
كان ابن عمر و ابن عبّاس يفطران و يقصران اربعة برد (رواه البخاري)
 “Konon Ibnu Umar dan Ibnu Abbas r.a, sama-sama berbuka puasa dan mengejar shalat dalam perjalanan sejauh empat barid (18.000 langkah).” (HR. Bukhari)
D.     Kehujjahan hadits marfu
Hadits marfu yang shahih dan hasan dapat dijadikan hujjah, sedangkan hadits marfu yang dha’if boleh dijadikan hujjah hanya untuk menerangkan fadha’ilil ‘amal.



BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Hadits marfu’ adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, (baik yang menyandarkan itu shahabat, atau tabi’in atau orang-orang sesudahnya) yang berupa ucapan, perbuatan, taqrir atau sifatnya, baik secara sharih (jelas) atau secara hukumnya saja.
Adapun hadits marfu’ dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
1.      Marfu’ sharih : yang disandarkan secara jelas dan tegas.
a.  Marfu’ Qauly ( perkataan )
b.  Marfu’ Fi’ly ( perbuatan )
c.  Marfu’ Taqriry ( ketetapan )
2.      Marfu’ ghairu sharih : yang disandarkan tidak secara jelas dan tegas.
a.  Marfû' Qauly Hukmy
b.  Marfû' Fi’ly Hukmy
c.  Marfû' Taqriry Hukmy
Adapun hadits yang dianggap marfu
1. Apabila dalam memberitakan itu, diikuti dengan kata-kata
2.  Tafsir sahabat yang berhubungan dengan asbabun nuzul.
3. Sesuatu yang bersumber dari sahabat yang bukan semata-mata hasil pendapat ijtihad beliau sendiri.
Kehujjahan hadits marfu
       Hadits marfu yang shahih dan hasan dapat dijadikan hujjah, sedangkan hadits marfu yang dha’if boleh dijadikan hujjah hanya untuk menerangkan fadha’ilil ‘amal.



DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Anwar, Ilmu Mushthalah Hadits, Al Ikhlas, Surabaya, 1981. Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits, Pustaka Al Kausar, Jakarta Timur,             2012.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shinddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,                            Pustaka Riski Putra, Semarang, 2009.

Tidak ada komentar:
Write komentar

HARI AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang             Makalah berjudul “mengetahui hari akhir” ini ditulis, pertama karena tidak mudah m...

Labels