A. Pengertian
Adab
Menurut bahasa Adab memiliki arti kesopanan, kehalusan
dan kebaikan budi pekerti, akhlak. M.Sastra Praja menjelaskan bahwa, adab yaitu tata
cara hidup, penghalusan atau kemuliaan kebudayaan manusia.Sedangkan
menurut istilah Adab adalah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat menjaga
diri dari segala sifat yang salah.
Pengertian bahwa adab ialah mencerminkan baik buruknya seseorang, mulia
atau hinanya seseorang, terhormat atau tercelanya nilai seseorang. Maka
jelaslah bahwa seseorang itu bisa mulia dan terhormat di sisi Allah dan manusia
apabila ia memiliki adab dan budi pekerti yang baik.
Seseorang akan menjadi orang yang beradab dengan baik apabila ia mampu
menempatkan dirinya pada sifat kehambaan yang hakiki. Tidak merasa sombong dan
tinggi hati dan selalu ingat bahwa apa yang ada di dalam dirinya adalah
pemberian dari Allah swt. Sifat-sifat tersebut telah dimiliki Rasulullah saw.
Secara utuh dan sempurna.
Menurut Imam al-Ghazali akhlak mulia adalah sifat-sifat yang dimiliki
oleh para utusan Allah swt. yaitu para Nabi dan Rasul dan merupakan amal para
shadiqin. Akhlak yang baik itu merupakan sebagian dari agama dan hasil dari
sikap sungguh-sungguh dari latihan yang dilakukan oleh para ahli ibadah dan
para mutaqin.
B. Dalil Al Qur’an
Terdapat banyak ayat yang mendudukkan ridha orang tua setelah ridha
Allah dan keutamaan berbakti kepada orang tua adalah sesudah keutamaan beriman
kepada Allah, antara lain :
Artinya : “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra 23)
Artinya, “Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra: 24)
Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki
kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi dari karakter adalah satu
kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan kata lain karakter
adalah kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral, budipekerti, adab,
sopan santun dan akhlak. Akhlak dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa
Al-Qur’an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral, dan sopan santun sumbernya
adalah filsafat. Kembali kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23
disebutkan bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk
menyembah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.yang kedua, kita harus berbakti
kepada orang tua. Lalu pada ayat 24 disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan
kedua orang tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa kepada kedua orang tua yang
dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup atau telah meninggal.
Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka
terlarang bagi anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas
bahwa ketika kita menghargai dan menyayangi orang tua kita dengan baik maka
akan menumbuhkan akhlak serta moral yang baik pula bagi anak sedangkan jikalau
kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak baik. Dengan kata lain,
hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara orangtua sebagai
pendidik dan anak. Segala sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan
menanamkan karakter yang baik pula pada anak. Untuk itu berbakti kepada orang
tua merupakan suatu cara yang harus dilakukan.
C. kriteria yang menunjukkan bentuk bakti
seorang anak kepada kedua
Ada
lima kriteria
yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya.
1. Tidak
ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau tercium dari kedua
orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi memilih untuk tetap
bersabar dan berharap pahala kepada Allah dengan hal tersebut, sebagaimana dulu
keduanya bersabar terhadap bau-bau yang tidak enak yang muncul dari diri kita
ketika kita masih kecil. Tidak ada rasa susah dan jemu terhadap orang tua
sedikit pun.
2.
Tidak menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan
yang menyakitkan.
3.
Mengucapkan ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiringi
dengan sikap sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya. Tidak
memanggil keduanya langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di hadapan
keduanya. Tidak menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot) akan tetapi
hendaknya pandangan kita kepadanya adalah pandangan penuh kelembutan dan
ketawadhuan.
Urwah
mengatakan jika kedua orang tuamu melakukan sesuatu yang menimbulkan
kemarahanmu, maka janganlah engkau menajamkan pandangan kepada keduanya. Karena
tanda pertama kemarahan seseorang adalah pandangan tajam yang dia tujukan
kepada orang yang dia marahi.
4. Berdoa
memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai balasan kasih
sayang keduanya terhadap kita.
5. Bersikap
tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya, dengan menaati keduanya selama
tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat berkeinginan untuk
memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai wujud kasih sayang seorang
anak kepada orang tuanya.
Perintah
Allah untuk berbuat baik kepada orang tua itu bersifat umum, mencakup hal-hal
yang disukai oleh anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh anak. Bahkan sampai-sampai
al-Qur’an memberi wasiat kepada para anak agar berbakti kepada kedua orang
tuanya meskipun mereka adalah orang-orang yang kafir.
Artinya : “Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergauilah keduanya di dunia dengan baik,
dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Lukman:15).
D. Hadist
Hadis Abdullah ibnu Umar
tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.
عَنْ عَبْدُ
الله بن
عَمْرٍو رضي
الله عنهما
قال قال رسولُ
الله صلى الله
عليه وسلم:
رِضَى اللهُ
فى رِضَى
الوَالِدَيْنِ
و سَخَطُ الله
فى سَخَطُ
الوَالِدَيْنِ
( اخرجه الترمذي
وصححه ابن
حبان والحاكم)
Artinya:
dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
Ridhonya Orang Tua adalah
Ridho-Nya Allah, Murkanya Orang Tua adalah Murka-Nya Allah.
Sebagai seorang anak, sebaiknya kita
selalu mengharap keridoan dari keduanya dan memenuhi perintah-perintahnya,
sepanjang tidak untuk berbuat maksiat. Juga anak harus selalu mementingkan
keduanya dengan mendahulukan keinginan– keinginannya dari pada kepentingan dan
keinginan pribadi .
Pernahkah anda membayangkan saat pulang kerumah mendapati orang tua kita sudah terbaring kaku dibungkus dengan kain kafan. Perasaan menyesal terbesit dalam hati karena sebagai anak belum cukup berbakti. Untuk itu tunaikanlah kewajiban kita selagi kedua orang tua masih hidup. Berbuat baiklah pada kedua orang tua.
Pernahkah anda membayangkan saat pulang kerumah mendapati orang tua kita sudah terbaring kaku dibungkus dengan kain kafan. Perasaan menyesal terbesit dalam hati karena sebagai anak belum cukup berbakti. Untuk itu tunaikanlah kewajiban kita selagi kedua orang tua masih hidup. Berbuat baiklah pada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua sering
sekali disebutkan dalam Al-Quran, bahkan digandengkan dengan tuntunan menyembah
Allah. Hal ini menunjukan bahwa berbakti kepada Kedua orang tua (Ibu – Bapak)
adalah wajib. Anak berkewajiban berbuat baik kepada kedua orang tuanya yang
harus ditunaikan semaksimal mungkin. Apalagi jkia sering menyakitinya dengan
cara membantah dan berkata kasar pada mereka. Termasuk durhaka kepada kedua
orang tua, adalah menyakitinya dengan tidak mau memberikan hal yang baik kepada
keduanya, sesuai dengan kemampuan. Kemudian bagaimanakah kita sebagai anak tega
memalingkan muka dan berkata kasar kepadanya.
Hadis Al-Mughirah bin
Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak kewajiban,
meminta yang bukan haknya.
عن
المغيرة بن
شعبة قال
النبي صلى
الله عليه وسلم
: ان الله حرم
عليكم عقوق
الامهات ووأد
البنات ومنع
وهات وكره لكم
قيل وقال
وكثرة السؤال
واضاعة المال
(اخرجه البخاري)
Artinya: dari
Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh
Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta
yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci
orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.
Setelah orang muslim mengetahui hak
kedua orang tua atas dirinya dan menunaikannya dengan sempurna karena mereka
mentaati Allah Ta’ala dan merealisir wasiat-Nya, maka juga menjaga etika-etika
berikut ini terhadap kedua orang tuanya :
1.
Taat kepada kedua
orang tua dalam semua perintah dan larangan keduanya, selama di dalamnya tidak
terdapat kemaksiatan kepada Allah, dan pelanggaran terhadap syariat-Nya, karena
manusia tidak berkewajibab taak kepada manusia sesamanya dalam bermaksiat
kepada Allah, berdasarkan dalil-dalil berikut :
2.
Hormat dan menghargai
kepada keduanya, merendahkan suara dan memuliakan keduanya dengan perkataan dan
perbuatan yang baik, tidak menghardik dan tidak mengangkat suara di atas suara
keduanya, tidak berjalan di depan keduanya, tidak mendahulukan istri dan anak
atas keduanya, tidak memanggil keduanya dengan namanya namun memanggil keduanya
dengan panggilan, “Ayah, ibu,” dan tidak berpergian kecuali dengan izin dan
kerelaan keduanya.
3. Berbakti
kepada keduanya dengan apa saja yang mampu ia kerjakan, dan sesuai dengan
kemampuannya, seperti memberi makan-pakaian keduanya, mengobati penyakit
keduanya, menghilangkan madzarat dari keduanya, dan mengalahkan untuk kebaikan
keduanya.
4. Menyambung
hubungan kekerabatan dimana ia tidak mempunya hubungan kecuali dari jalur kedua
orang tuanya mendoakan dan memintakan ampunan untuk keduanya, melaksanakan
janji (wasiat), dan memuliakan teman-teman keduanya.
E.
Menunjukkan contoh perilaku yang mencerminkan hormat dan patuh kepada orang tua
1. Pengertian
Birrul Walidain
Istilah Birrul
Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru
atau al-birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua
orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan
terhadap kedua orang tua.
2. Kedudukan Birrul Walidain
Birrul
Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan
Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga
berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan
sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina. Karena
mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan
regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan
seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian
bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari
nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga
mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.
Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si
anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk
mendurhakainya.
3. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain
Adapun bentuk-bentuk Birrul
Walidain di antaranya:
- Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan dengan baik.
- Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.
- Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam.
- Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
- Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirta.
- Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
- Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
- Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain:
–
Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
–
Melunasi semua hutang-hutangnya
–
Melaksanakan wasiatnya
–
Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
–
Memuliakan sahabat-sahabatnya
–
Mendoakannya.
4.Doa Anak untuk Orang Tua
Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat
mengambil contoh dari ayat suci Alquran yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika
mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah memberi
ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.
Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41
- Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
Permohonan Nabi Ibrahim dalam
Q.S. Al-Israa’: 24
- dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
5. ‘Uququl Walidain
‘Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada
kedua orang tua adalah dosa besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga
adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini mengingat betapa
istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat
betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa
diganti dengan apapun.
Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat, mulai dari mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan
“ah” ( uffin, berkata kasar, menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak
pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang mengecewakan atau
bahkan menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh
Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin”
dan menghardik ( lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia lanjut)
Tidak ada komentar:
Write komentar